Home » Sejarah » Mengunjungi Pura Lingsar Lombok yang Cerminkan Toleransi Beragama

Mengunjungi Pura Lingsar Lombok yang Cerminkan Toleransi Beragama

Setelah puas menikmati wisata alam, tentunya wisatawan juga dapat menikmati wisata religi ke beberapa daerah di Lombok. Salah satunya yaitu Pura Lingsar Lombok yang berada di kawasan Lombok Barat. Sebagai daerah wisata, Lombok tentunya tidak hanya dikenal dengan wisata alamnya yang memukau karena juga menawarkan wisata religi dan wisata sejarah yang menarik untuk dihayati dan dipelajari. 

Dengan mengunjungi pura ini akan membuat wisatawan mempunyai pandangan baru mengenai keberagaman dalam beragama. Hal ini sebab Pura Lingsar Lombok bagi masyarakat di sekitarnya merupakan sibol kerukunan dan keharmonisan antar umat beragama. Tepatnya yaitu antara masyarakat beragama Hindu Bali-Lombok dengan masyarakat beragama Islam Sasak-Lombok. 

Hal yang menarik di Pura Lingsar Lombok 

Pura Lingsar Lombok, sumber ig @mat_zinho

Pura Lingsar Lombok ini dibangun oleh seorang pendatang dari daerah Bali sekitar pada tahun 1714. Ketika memasuki pura ini wisatawan akan melewati sebuah taman dengan kolam kembar yang dipenuhi dengan berbagai teratai. Seperti halnya pura yang lain, Pura Lingsar Lombok juga terbagi menjadi tiga bangunan utama, yaitu Gaduh, Pemaliq dan Pesiraman. 

Gaduh merupakan area suci untuk umat beragama Hindu karena di tempat ini merupakan tempat untuk pemujaan dan berdoa. Di dalamnya terdapat empat percabangan yang melambangkan beberapa dewa yang hidup di dua gunung. Percabangan tersebut menghadap ke dua rah yaitu timur dan barat. Untuk percabangan yang mengarah ke timur merupakan penghormatan kepada dewa yang menghuni Gunung Rinjani dan yang ke barat kepada dewa yang menghuni Gunung Agung.

Kemudian dari percabangan tersebut terdapat dua persinggahan yang menjadi satu. Persinggahan tersebut disebut gaduh yang mana merupakan gabungan dari percabangan yang ada. Percabangan tersebut digunakan sebagai ruangan untuk pemujaan terhadap dewa-dewa yang menghuni kedua gunung tersebut. 

Area bangunan selanjutnya yaitu Pemaliq yang merupakan area suci yang digunakan untuk beribadah pemeluk agama Islam Wetu Telu. Area Pemaliq juga dapat digunakan pemeluk agama Hindu untuk melakukan ritual beribadah tertentu. Di dalam bangunan ini terdapat sebuah kolam kecil yang dihuni oleh Ikan Tuna. Ikan-ikan tersebut oleh masyarakat setempat dipercayai sebagai ikan-ikan suci yang harus dijaga dan dipelihara. 

Kolam Pura Lingsar, sumber ig @mat_zinho

Menurut mitos yang terdapat di sana, ikan-ikan yang terdapat kolam kecil tersebut merupakan jelmaan dari tongkat milik Datu Milir, seorang raja Lombok. Dipercayai bahwa Datu Milir berdoa di tempat ini untuk memohon datangnya hujan.  Selain itu, masyarakat Hindu dan Islam Wetu Telu mempercayai adanya keberuntungan jika dapat melihat ikan tuna yang berada di dalam kolam tersebut. 

Wisatawan yang ingin melihat ikan tuna yang berada dalam kolam kecil tersebut dapat membawa sebuah telur rebus sebagai pancingan. Kemudian di kolam tersebut wisatawan juga dapat melakukan permohonan. Ketika melakukan permohonan, wisatawan dapat melemparkan koin ke dalam kolam dengan tujuan agar permohonan tersebut dapat terkabul. 

Bangunan ketiga yaitu Pesiraman yang digunakan sebagai tempat untuk membasuh muka dan menyucikan diri. Di dalam area pesiraman ini terdapat Sembilan pancuran, yang mana empat di antaranya masih termasuk di dalam area Pemaliq. Empat pancuran tersebut digunakan untuk kepentingan masyarakat Islam Wetu Telu untuk melakukan ibadah. Terdapat kepercayaan bahwa pancuran yang terdapat dalam Pesiraman ini dapat menyembuhkan berbagai penyakit. 

Setelah menelusuri area di dalam pura, wisatawan dalam beristirahat di Berugak yang berada di sebelah selatan pura. Bangunan ini merupakan gazebo yang di sampingnya terdapat sebuah kolam utama. Kolam tersebut merupakan kolam terbesar yang berada di kawasan Pura Lingsar Lombok yang mana dapat dinikmati oleh seluruh pengunjung pura. 

Biaya tiket masuk

Taman Pura Lingsar, sumber ig @nirwanmulyawardana

Wisatawan dapat menikmati keharmonisan dalam Pura Lingsar Lombok ini tanpa dikenakan biaya tiket masuk. Akan tetapi, pengunjung tetap dapat memberikan sumbangan sukarela yang digunakan untuk pemeliharaan area ibadah dan wisata ini. Oleh sebab itu, objek wisata dan tempat ibadah ini banyak dikunjungi oleh masyarakat untuk merasakan keharmonisan dan toleransi beragama di dalamnya. 

Lokasi dan rute perjalanan 

Pura Lingsar, sumber ig @yuri_linangel

Pura Lingsar Lombok ini berada di Jalan Gora Nomor 02, Lembah Lingsar, Desa Lingsar, Kecamatan Nirmada, Lombok Barat. Destinasi wisata dan tempat ibadah ini terletak di jarak sekitar 8 kilometer dari Kota Mataram. Untuk dapat berkunjung ke pura ini, wisatawan dapat menempuh waktu sekitar 20 hingga 30 menit dengan menggunakan kendaraan pribadi ataupun transportasi umum. Rute yang dapat ditempuh untuk mengunjungi Pura Lingsar Lombok yaitu jalur Mataram-Cakranegara-Selagalas-Lingsar. Sehingga untuk wisatawan yang ingin berkunjung dengan transportasi umum harus berganti jurusan sebanyak tiga kali. Jurusan tersebut yaitu Ampena-Sweta (Rp 3.000,-), kemudian dilanjutkan dengan jurusan Sweta-Narmada (Rp 2.000,-) dan yang terakhir yaitu jurusan Narmada-Lingsar (Rp 2.000,-). Sehingga wisatawan akan mengeluarkan biaya untuk transportasi umum sekitar Rp 7.000,- per orang untuk dapat mengunjungi kawasan wisata religi ini.

Demikian ulasan mengenai pura lingsar Lombok yang cerminkan toleransi beragama. Berwisata ke Lombok sembari mengunjungi tempat wisata bersejarah ini tentu tidak ada salahnya bukan. Justru wawasan Anda akan semakin bertambah. Simak juga ulasan lain mengenai pura suranadi Lombok.

Leave a Comment