Terdapat 3 (Tiga) suku di propinsi Nusa Tenggara Barat yakni Sasak, Samawa, dan Mbojo. Secara administratif suku Sasak mendiami kota Mataram, kabupaten Lombok Barat, kabupaten Lombok Tengah, kabupaten Lombok Utara, dan kabupaten Lombok Timur. Suku Samawa mendiami kabupaten Sumbawa dan kabupaten Sumbawa Barat, sedangkan suku Mbojo mendiami kabupaten Dompu, kota Bima, dan Kabupaten Bima.
Pada artikel ini kami akan memberikan informasi untuk anda mengenai tarian suku Mbojo. Dimana tarian suku Mbojo dibagikan menjadi dua jenis yakni tarian yang berasal dari dalam Istana Bima (Tarian yang diciptakan oleh Kerajaan Bima) dan tarian yang berasal dari luar Istana Bima (Tarian yang diciptakan oleh Rakyat Bima).
Daftar isi
Tarian Dalam Istana
Tarian dalam istana adalah tarian yang berasal dari dalam kerajaan Bima. Berikut ini daftar tarian khas kerajaan Bima, yaitu:
1. Tarian Sere
Tarian Sere merupakan tarian klasik Istana Kerajaan Bima yang diciptakan oleh Sultan kedua Kerajaan Bima (menjabat pada tahun 1640 – 1682 M) yakni Sultan Abdul Kahir Sirajuddin. Tari ini terdiri dari dua orang penari pria yakni perwira Kesultanan yang bersenjatakan perisai dan tombak. Pada pertunjukkan tarian ini kerap melakukan lompat dan lari sebagai makna sedang melindungi Kerajaan Bima dari serangan musuh. Arti nama Sere dalam bahasa Mbojo yakni lari sambil melompat-lompat. Tarian ini biasanya dipertunjukan saat acara Hanta Ua Pua atau acara Pemerintahan baik kota/kabupaten maupun propinsi.
2. Tarian Lenggo
Tarian Lenggo dibagi menjadi dua yakni tarian Lenggo Melayu dan tarian Lenggo Mbojo, tarian Lenggo Melayu dibawakan oleh penari pria dan tarian Lenggo Mbojo dibawakan oleh penari wanita. Tarian Lenggo merupakan tarian klasik yang tumbuh dan berkembang di Istana Bima dan hanya ditampilkan diacara tertentu kerajaan Bima.
Tarian Lenggo yang pertama kali diciptakan yakni tarian Lenggo Melayu, dinamakan tarian Lenggo Melayu karena tarian ini diciptakan oleh seorang Mubaliq dari suku Melayu yang berasal dari Sumatra Barat yakni bernama Datuk Raja Lelo. Tarian Lenggo Melayu dibawakan oleh penari pria dalam acara Hanta Ua Pua. Terinspirasi dari tarian Lenggo Melayu maka Sultan Abdul Kahir Sirajuddin (Mantau Uma Jati) yang merupakan Sultan Bima kedua dan menjabat pada tahun 1640 – 1682 M menciptakan tarian Lenggo Mbojo yang dibawakan oleh penari wanita.
3. Tarian Bongi Monca
Tarian Bongi Monca merupakan tarian selamat datang atau penyambutan tamu, tarian ini dilakukan secara berkelompok oleh penari wanita dengan gerakan yang lembah lembut sambil menerbakan beras kuning sebagai simbol penghormatan dan pengharapan. Tarian ini biasa ditampilkan untuk menyambut kedatangan tamu Istana Kerajaan Bima. Nama Bongi Monca berasal dari bahasa Mbojo yakni Bongi atau “Beras” dan Monca “Kuning” karena saat melakukan tarian ini ditaburkan beras kuning maka tarian ini dinamakan tarian Bongi Monca.
Tarian Luar Istana
Tarian luar istana adalah tari tradisional yang diciptakan oleh rakyat Bima. Berikut ini daftar tarian tradisional luar istana Bima, yaitu:
1. Tarian Buja Kadanda
Tarian Buja Kadanda (Mpa’a Buja Kadanda) menggambarkan dua prajurit yang sedang berperang, dimana tarian ini akan dibawakan oleh dua pria yang mengenakan pakaian prajurit dengan bersenjata tombak dan perisai. Tarian ini awalnya tumbuh dan berkembang diluar Istana, artinya tarian ini murni diciptakan oleh Rakyat. Berkat dukungan dari para seniman dan kerajaan Bima sehingga tarian Buja Kadanda dapat dikenal oleh masyarakat luas khusunya masyarakat Bima dan Dompu.
Tarian ini dinamakan Buja Kadanda karena berasal dari dua kata yakni Buja dan Kadanda. “Buja” berarti Tombak sedangkan “Kadanda” berarti berumbai bulu ekor kuda, artinya Tombak yang digunakan oleh para penari terbuat dari berumbai bulu ekor kuda.
2. Tarian Sarembe Tembe
Tarian kolosal Saremba Tembe ini sebenarnya merupakan tarian garapan baru yang dipadukan dengan menggunakan kain (Tembe) sebagai aksesorisnya. Tarian Saremba Tembe mengingatkan tentang masyarakat Bima dan Dompu tempo dulu yakni dalam kesahariannya masyarakat Bima dan Dompu menggunakan Tembe Nggoli sebagai gaun atau pakaian yaitu Rimpu (bagi kaum perempuan) dan Katente dengan Saremba (bagi kaum laki-laki). Dimana Rimpu, Katente, dan Saremba adalah jenis pakaian pertama masyarakat Bima dan Dompu saat kaum wanita Bima dan Dompu telah mengetahui Medi Ra Muna (Menenun Kain) yang dilakukan secara tradisional. Tarian Saremba Tembe juga menggambarkan suka cita sekaligus rasa syukur atas keberhasilan melimpahnya hasil pertanian masyarakat Bima dan Dompu.
Bagi anda yang ingin melihat secara langsung salah satu atau lebih tarian tradisional suku Mbojo maka datanglah saat acara Hanta Ua Pua suku Mbojo, acara pemerintahan kota/kabupaten maupun propinsi, serta festival besar lainnya yang diadakan di kabupaten Bima, kota Bima, dan kabupaten Dompu. Terimakasih telah menyimak artikel di website ini, jangan lupa membagikan ke sosial media jika berkenan. Sedikit bantuan Anda akan membuat khasanah wisata Indonesia makin dikenal.